Pengertian Karbon Monoksida (CO)
Karbon monoksida atau CO adalah suatu gas yang tak bewarna, tidak berbau, dan juga tidak berasa. Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu di bawah -192 oC. gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dengan udara, berupa gas buangan. Secara umum terbentuknya gas CO adalah melalui proses berikut ini :
1. Pembakaran bahan bakar fosil dengan udara yang reaksinya tidak stoikhiometris adalah pada harga ER > 1.
2. Pada suhu tinggi terjadi reaksi antara karbon dioksida (CO2) dengan karbon C yang menghasilkan gas karbon monoksida (CO).
3. Pada suhu tinggi, CO2 dapat terurai kembali menjadi CO dan oksigen (Wardhana, 2001 : 41).
Klasifikasi gas karbon monoksida
1. Berdasarkan asalnya, gas karbon monoksida termasuk kedalam bahan pencemar primer yaitu bahan pencemar yang berada di udara dalam bentuk eperti pada saat dikeluarkan dari sumbernya.
2. Berdasarkan lamanya waktu tinggal di udara, gas karbon monoksida termasuk kedalam bahan pencemar yang tahan lama yaitu bahan pencemar yang bisa bertahan antara 2-7 tahun di udara.
3. Berdasarkan bentuknya, karbon monoksida termasuk kedalam bentuk gas yaitu uap yang dihasilkan dari zat padat atau zat cair, karena dipanasi atau karena menguap sendiri (Achmadi, 1992:09)
Reaksi pembentukan gas karbon monoksida
Pembentukan gas CO hanya terjadi jika reaktan yang ada terdiri dari karbon dan oksigen murni. Secara sederhana pembakaran karbon dalam bahan bakar terjadi melalui beberapa tahap sebagai berikut :
2C + O2 2CO
2CO + O2 2CO2
Reaksi pertama berlangsung sepuluh kali lebih cepat dari reaksi kedua, oleh karena itu CO merupakan intermediet pada reaksi pembakaran tersebut dan dapat merupakan produk akhir jika jumlah O2 tidak cukup untuk reaksi kedua.
Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon pada suhu tinggi dapat menghasilkan CO dengan reaksi sebagai berikut :
CO2 + C 2CO
Reaksi ini sering terjadi pada suhu tinggi yang umumnya terdapat pada industri-industri (Fardiaz, 1992 : 95).
Selain dari pada itu, pada reaksi pembakaran yang menghasilkan panas dengan suhu tinggi akan membantu terjadinya penguraian (disosiasi) gas CO2 menjadi gas CO yang mengikuti reaksi berikut ini :
CO2 CO + O
Dampak Karbon Monoksida (CO) terhadap Manusia
Karbon monoksida (CO) apabila terhisap ke dalam paru-paru akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun metabolis, ikut bereaksi secara metabolis dengan darah. Seperti halnya oksigen, gas CO mudah bereaksi dengan darah (hemoglobin), (Wardhana, 2001 : 115).
Hb + O2 O2Hb (Oksihemoglobin)
Hb + CO COHb (karboksihemoglobin)
Afinitas CO terhadap Hb = 210 x daripada afinitas O2 terhadap Hb. Reaksi ini mengakibatkan berkurangnya kapasitas darah untuk menyalurkan O2 kepada jaringan-jaringan tubuh. Kadar COHb akan bertambah dengan meningkatnya kadar CO di atmosfir. Gejala yang terasa dimulai dengan pusing-pusing, kurang dapat memperhatikan sekitarnya kemudian terjadi kelainan fungsi susunan syaraf pusat, perubahan fungsi paru-paru dan jantung, sesak napas, dan pingsan dan pada akhirnya kematian pada 750 ppm (Slamet, 1994 : 58).
Pangaruh karbon monoksida (CO) terhadap tubuh manusia ternyata tidak sama untuk manusia yang satu dengan yang lain. Daya tahan tubuh manusia ikut menentukan toleransi tubuh terhadap pengaruh adanya karbon monoksida. Keracunan gas CO dapat ditandai dari keadaan yang ringan, berupa pusing, sakit kepala dan mual. Keadaan yang lebih berat dapat berupa menurunnya kemampuan gerak tubuh, gangguan pada sistem kardiovaskular, serangan jantung sampai pada kematian. Pertolongan bagi orang yang keracunan gas karbon monoksida pada tingkat yang relative masih ringan dapat dilakukan dengan membawa korban ke tempat yang berudara terbuka (segar) dan memberikan kesempatan kepada korban untuk bernafas dalam-dalam. Masuknya udara segar (oksigen) ke dalam tubuh korban akan mengubah karboksihemoglobin menjadi oksihemoglobin berdasarkan reaksi keseimbangan berikut ini :
COHb + O2 O2Hb + CO
Walaupun dikatakan bahwa reaksi tersebut di atas adalah reaksi keseimbangan, namun apabila udara yang masuk ke dalam tubuh cukup banyak maka akhirnya reaksi akan bergeser terus di kanan sampai semua karboksihemoglobin habis menjadi oksihemoglobin yang memang diperlukan oleh tubuh manusia.
Konsentrasi gas karbon monoksida (CO) di udara secara langsung akan mempengaruhi konsentrasi karboksihemglobin (COHb). Dalam keadaan normal sebenarnya darah sudah mengandung COHb sebanyak 0,5 %, berasal dari proses metabolisme di dalam tubuh. Dapat dilihat pengaruh gas CO di udara dengan konsentrasi COHb darah terhadap pengaruhnya kepada tubuh.
Tabel. II.3
Pengaruh konsentrasi CO di udara dan COHb darah serta pengaruh terhadap tubuh
Kosentrasi CO di udara (ppm) | Konsentrasi COHb dalam darah (%) | Gangguan pada tubuh |
3 | 0,98 | Tidak ada |
5 | 1,3 | Belum begitu terasa |
10 | 2,1 | Sistem syaraf sentral |
20 | 3,7 | Panca indera |
40 | 6,9 | Fungsi jantung |
60 | 10,1 | Sakit kepala |
80 | 13,3 | Sulit bernafas |
100 | 16,5 | Pingsan – kematian |
Sumber : Wardhana, 2001 : 118-120
Baku Mutu Udara Ambien Gas CO
Dalam PP RI No. 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara baku mutu udara ambien didefenisikan sebagai ukuran batas atau kadar zat, energi, dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsure pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien. Baku mutu udara ambien untuk gas CO adalah 30000 μg/Nm3.