Pengertian Incinerator
Incinerator adalah metode penghancuran limbah organik dengan melalui
pembakaran dalam suatu sistem yang terkontrol dan terisolir dari
lingkungan sekitarnya. Insinerasi dan pengolahan sampah bertemperatur
tinggi lainnya didefinisikan sebagai pengolahan termal. Insinerasi
material sampah mengubah sampah menjadi abu, gas sisa hasil pembakaran,
partikulat, dan panas. Gas yang dihasilkan harus dibersihkan dari
polutan sebelum dilepas ke atmosfer. Panas yang dihasilkan bisa
dimanfaatkan sebagai energi pembangkit listrik.
Incinerator yang akan dibahas pada artikel ini dirancang dengan
menggunakan 2 (dua) ruang pembakaran, yaitu Ruang Bakar 1 (Primary
Chamber) dan Ruang Bakar 2 (Secondary Chamber).
1. Primary Chamber
Berfungsi sebagai tempat pembakaran limbah. Kondisi pembakaran
dirancang dengan jumlah udara untuk reaksi pembakaran kurang dari
semestinya, sehingga disamping pembakaran juga terjadi reaksi pirolisa.
Pada reaksi pirolisa material organik terdegradasi menjadi karbon
monoksida dan metana.
Temperatur dalam primary chamber diatur pada rentang 6000C-8000C dan
untuk mencapai temperatur tersebut, pemanasan dalam primary chamber
dibantu oleh energi dari burner dan energi pembakaran yang timbul dari
limbah itu sendiri. Udara (oksigen) untuk pembakaran di suplai oleh
blower dalam jumlah yang terkontrol.
Padatan sisa pembakaran di primary chamber dapat berupa padatan tak
terbakar (logam, kaca) dan abu (mineral), maupun karbon berupa arang.
Tetapi arang dapat diminimalkan dengan pemberian suplai oksigen secara
continue selama pembakaran berlangsung. Sedangkan padatan tak terbakar
dapat diminimalkan dengan melakukan pensortiran limbah terlebih dahulu.
2. Secondary Chamber
Gas hasil pembakaran dan pirolisa perlu dibakar lebih lanjut agar tidak
mencemari lingkungan. Pembakaran gas-gas tersebut dapat berlangsung
dengan baik jika terjadi pencampuran yang tepat antara oksigen (udara)
dengan gas hasil pirolisa, serta ditunjang oleh waktu tinggal (retention
time) yang cukup. Udara untuk pembakaran di secondary chamber disuplai
oleh blower dalam jumlah yang terkontrol.
Selanjutnya gas pirolisa yang tercampur dengan udara dibakar secara
sempurna oleh burner didalam secondary chamber dalam temperatur tinggi
yaitu sekitar 8000C-10000C. Sehingga gas-gas pirolisa (Metana, Etana dan
Hidrokarbon lainnya) terurai menjadi gas CO2 dan H2O.
Jenis- Jenis Incinerator
Jenis insinerator yang paling umum diterapkan untuk membakar limbah
padat B3 ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed, open pit,
single chamber, multiple chamber, aqueous waste injection, dan starved
air unit. Dari semua jenis insinerator tersebut, rotary kiln mempunyai
kelebihan karena alat tersebut dapat mengolah limbah padat, cair, dan
gas secara simultan.
Incinerator Rotary Kiln
Tipe ini cocok untuk menginsinerasi limbah sludge ex WWT atau limbah
yang mempunyai kandungan air (water content) yang cukup tinggi dan
volumenya cukup besar. System incinerator ini berputar pada bagian
Primary Chamber, dengan tujuan untuk mendapatkan pembakaran limbah yang
merata keseluruh bagian.
Proses pembakarannya sama dengan type static, terjadi dua kali
pembakaran dalam Ruang Bakar 1 (Primary Chamber) untuk limbah dan Ruang
Bakar 2 (Seacondary Chamber untuk sisa-sisa gas yang belum sempurna
terbakar dalam Primary Chamber.
Pengembangan Incinerator dengan Dryer
Tipe ini sangat cocok digunakan limbah yang mempunyai nilai kalor yang
tinggi seperti plastik dengan volume cukup besar. Energi panas yang
keluar dari cerobong incinerator dapat dimanfaatkan untuk mengeringkan
limbah sludge ex WWT yang memiliki kandungan air yang cukup tinggi namun
tidak ekonomis apabila dibakar didalam incinerator, karena
karakteristik limbah yang memiliki nilai kalor rendah, sisa abu yang
masih cukup tinggi ataupun kedua-duanya.
Keuntungan dari incinerator yang terintergrasi dengan dryer adalah
pengoperasian dryer tidak menggunakan bahan bakar, baik dari solar
maupun gas sehingga sangat ekonomis dari biaya operasional alat, ramah
lingkungan serta dapat mengurangi kandungan air yang terdapat dalam
sludge sampai dengan ± 80%.
Pemanfaatan panas dari cerobong incinerator selain untuk dryer dapat
pula digunakan untuk memanaskan air untuk keperluan operasional pabrik.
Tipe ini khusus digunakan untuk limbah domestik.Incinerator ini mudah
untuk di mobilisasi serta cepat dalam pemasangan dan pelepasannya.
Dengan demikian incinerator ini dapat dioperasikan di lokasi yang
berbeda-beda.
Bangunan Pelindung Incinerator
Incinerator yang sudah terpasang sebaiknya memiliki sebuah bangunan
pelindung (shelter) untuk menjaga incinerator tersebut dari panas dan
hujan sehingga lebih tahan lama. Bangunan pelindung incinerator tersebut
juga bertujuan untuk membuat nyaman operator dalam bekerja. Bangunan
pelindung tidak memiliki syarat tertentu, sehingga tergantung dari
keinginan pihak user. Hal penting untuk sebuah bangunan pelindung adalah
pondasi tempat incinerator tersebut ditempatkan, haruslah kuat menahan
beban incinerator yang cukup berat.
Link terkait dengan poin-poin di atas bisa dicek di bawah ini :
Berbagai Sumber
>> read more..