Search

FREEBITCOIN
VSI Network Indonesia pasang iklan anda disini pasang iklan anda disini

Senin, 29 Agustus 2011

Tentang Karbon Monoksida


Pengertian Karbon Monoksida (CO)
            Karbon monoksida atau CO adalah suatu gas yang tak bewarna, tidak berbau, dan juga tidak berasa. Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu di bawah -192 oC. gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dengan udara, berupa gas buangan. Secara umum terbentuknya gas CO adalah melalui proses berikut ini :
1.   Pembakaran bahan bakar fosil dengan udara yang reaksinya tidak stoikhiometris adalah pada harga ER > 1.
2.   Pada suhu tinggi terjadi reaksi antara karbon dioksida (CO2) dengan karbon C yang menghasilkan gas karbon monoksida (CO).
3.   Pada suhu tinggi, CO2 dapat terurai kembali menjadi CO dan oksigen (Wardhana, 2001 : 41).

Klasifikasi gas karbon monoksida
1.      Berdasarkan asalnya, gas karbon monoksida termasuk kedalam bahan pencemar primer yaitu bahan pencemar yang berada di udara dalam bentuk eperti pada saat dikeluarkan dari sumbernya.
2.      Berdasarkan lamanya waktu tinggal di udara, gas karbon monoksida termasuk kedalam bahan pencemar yang tahan lama yaitu bahan pencemar yang bisa bertahan antara 2-7 tahun di udara.
3.      Berdasarkan bentuknya, karbon monoksida termasuk kedalam bentuk gas yaitu uap yang dihasilkan dari zat padat atau zat cair, karena dipanasi atau karena menguap sendiri (Achmadi, 1992:09)

Reaksi pembentukan gas karbon monoksida
Pembentukan gas CO hanya terjadi jika reaktan yang ada terdiri dari karbon dan oksigen murni. Secara sederhana pembakaran karbon dalam bahan bakar terjadi melalui beberapa tahap sebagai berikut :
2C      +          O2                          2CO
2CO   +          O2                          2CO2
Reaksi pertama berlangsung sepuluh kali lebih cepat dari reaksi kedua, oleh karena itu CO merupakan intermediet pada reaksi pembakaran tersebut dan dapat merupakan produk akhir jika jumlah O2 tidak cukup untuk reaksi kedua.
Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon pada suhu tinggi dapat menghasilkan CO dengan reaksi sebagai berikut :
 CO2    +         C                     2CO
Reaksi ini sering terjadi pada suhu tinggi yang umumnya terdapat pada industri-industri (Fardiaz, 1992 : 95).
Selain dari pada itu, pada reaksi pembakaran yang menghasilkan panas dengan suhu tinggi akan membantu terjadinya penguraian (disosiasi) gas CO2 menjadi gas CO yang mengikuti reaksi berikut ini :
CO2                     CO      +             O           

Dampak Karbon Monoksida (CO) terhadap Manusia
            Karbon monoksida (CO) apabila terhisap ke dalam paru-paru akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun metabolis, ikut bereaksi secara metabolis dengan darah. Seperti halnya oksigen, gas CO mudah bereaksi dengan darah (hemoglobin), (Wardhana, 2001 : 115).
            Hb       +          O2                    O2Hb   (Oksihemoglobin)
            Hb       +          CO                  COHb (karboksihemoglobin)
            Afinitas CO terhadap Hb = 210 x daripada afinitas O2 terhadap Hb. Reaksi ini mengakibatkan berkurangnya kapasitas darah untuk menyalurkan O2 kepada jaringan-jaringan tubuh. Kadar COHb akan bertambah dengan meningkatnya kadar CO di atmosfir. Gejala yang terasa dimulai dengan pusing-pusing, kurang dapat memperhatikan sekitarnya kemudian terjadi kelainan fungsi susunan syaraf pusat, perubahan fungsi paru-paru dan jantung, sesak napas, dan pingsan dan pada akhirnya kematian pada 750 ppm (Slamet, 1994 : 58).
            Pangaruh karbon monoksida (CO) terhadap tubuh manusia ternyata tidak sama untuk manusia yang satu dengan yang lain. Daya tahan tubuh manusia ikut menentukan toleransi tubuh terhadap pengaruh adanya karbon monoksida. Keracunan gas CO dapat ditandai dari keadaan yang ringan, berupa pusing, sakit kepala dan mual. Keadaan yang lebih berat dapat berupa menurunnya kemampuan gerak tubuh, gangguan pada sistem kardiovaskular, serangan jantung sampai pada kematian. Pertolongan bagi orang yang keracunan gas karbon monoksida pada tingkat yang relative masih ringan dapat dilakukan dengan membawa korban ke tempat yang berudara terbuka (segar) dan memberikan kesempatan kepada korban untuk bernafas dalam-dalam. Masuknya udara segar (oksigen) ke dalam tubuh korban akan mengubah karboksihemoglobin menjadi oksihemoglobin berdasarkan reaksi keseimbangan berikut ini :
            COHb  +  O2                O2Hb  +  CO
            Walaupun dikatakan bahwa reaksi tersebut di atas adalah reaksi keseimbangan, namun apabila udara yang masuk ke dalam tubuh cukup banyak maka akhirnya reaksi akan bergeser terus di kanan sampai semua karboksihemoglobin habis menjadi oksihemoglobin yang memang diperlukan oleh tubuh manusia.
            Konsentrasi gas karbon monoksida (CO) di udara secara langsung akan mempengaruhi konsentrasi karboksihemglobin (COHb). Dalam keadaan normal sebenarnya darah sudah mengandung COHb sebanyak 0,5 %, berasal dari proses metabolisme di dalam tubuh.  Dapat dilihat pengaruh gas CO di udara dengan konsentrasi COHb darah terhadap pengaruhnya kepada tubuh.
Tabel. II.3
Pengaruh konsentrasi CO di udara dan COHb darah serta pengaruh terhadap tubuh
Kosentrasi CO di udara (ppm)
Konsentrasi COHb dalam darah (%)
Gangguan pada tubuh
3
0,98
Tidak ada
5
1,3
Belum begitu terasa
10
2,1
Sistem syaraf sentral
20
3,7
Panca indera
40
6,9
Fungsi jantung
60
10,1
Sakit kepala
80
13,3
Sulit bernafas
100
16,5
Pingsan – kematian
Sumber : Wardhana, 2001 : 118-120

Baku Mutu Udara Ambien Gas CO
            Dalam PP RI No. 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara baku mutu udara ambien didefenisikan sebagai ukuran batas atau kadar zat, energi, dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsure pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien. Baku mutu udara ambien untuk gas CO adalah 30000 μg/Nm3.
>> read more..

Kendaraan Bermotor dan Hasil Buangannya

Pengertian Kendaraan Bermotor

Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik untuk pergerakkannya, dan digunakan untuk transportasi darat. Umumnya kendaraan bermotor menggunakan mesin pembakaran dalam, namun mesin listrik dan mesin lainnya juga dapat digunakan. Kendaraan bermotor memiliki roda, dan biasanya berjalan diatas jalanan.
Kendaraan bermotor yang menjadi alat transportasi, dalam konteks pencemaran udara dikelompokkan sebagai sumber yang bergerak. Dengan karakteristik yang demikian, penyebaran pencemar yang diemisikan dari sumber-sumber kendaraan bermotor ini akan mempunyai suatu pola penyebaran spasial yang meluas. Faktor perencanaan sistem transportasi akan sangat mempengaruhi penyebaran pencemaran yang diemisikan, mengikuti jalur-jalur transportasi yang direncanakan. 

Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Pada umunya bahan bakar yang digunakan untuk kendaraan bermotor adalah bensin yaitu senyawa hidrokarbon yang kandungan oktana atau isooktananya tinggi. Senyawa oktana adalah senyawa hidrokarbon yang digunakan sebagai patokan untuk menentukan kualitas bahan bakar (bensin) yang dikenal dengan angka oktana. Dalam pengertian ini bahan bakar bensin dibandingkan dengan campuran isooktana atau 2,2,4 trimetil pentana dengan heptana. Isooktana dianggap sebagai bahan bakar yang paling baik. Sebaliknya, heptana dianggap sebagai bahan bakar yang paling buruk (Wardhana, 2001 : 35).
Persentase isooktana dalam suatu bensin disebut bilangan oktan (nilai oktan). Makin tinggi harga bilangan suatu nilai oktan suatu bensin, makin efisien bensin tersebut dalam menghasilkan  energi. Untuk meningkatkan bilangan oktan, ke dalam bensin ditambahkan tetra etil timbal (tetra etil lead = TEL). Akan tetapi pemakaian TEL ini memberikan dampak negatif, yaitu mencemarkan udara. Walaupun bensin yang memakai TEL maupun yang tidak memakai TEL, bensin tetap memegang rekor sebagai biang keladi pencemaran udara. Asap buangan kendaraan bermotor merupakan sumber utama gas karbon monoksida (Anshory, 2000 : 151-152).
            Apabila jumlah kendaraan bermotor (mobil, sepeda motor, dll) yang terdapat di suatu kota (atau negara) jumlahnya diketahui dan rata-rata pemakaian bahan bakarnya diketahui, maka jumlah gas buangan hasil pembakaran yang dilepaskan ke udara per hari dapat dihitung. Kalau hasil pembakarannya tidak sempurna dan dianggap 1% dari hasil pembakaran berupa pencemar udara, maka jumlah pencemar udara yang dilepaskan ke udara per hari dapat diperkirakan. Anggapan 1% akan menjadi pencemar udara adalah terlalu baik. Kenyataannya akan jauh lebih besar dari angka tersebut karena penetapan prosentase pencemar udara dari gas buangan hasil pembakaran kendaraan bermotor yang keluar dari knalpot belum di tentukan.
Peningkatan bahan pencemar atau polutan di udara sejalan dengan pertambahan penggunan bahan bakar fosil, seperti batu bara, bensin, minyak tanah dan solar. Peningkatan pembakaran bahan fosil akan diikuti oleh peningktan kadar berbagai polutan di udara. Pada tabel II.1 dapat dilihat variasi jumlah polutan yang dihasilkan oleh berbagai bahan bakar.
Tabel. II.1
Variasi jumlah polutan yang dihasilkan pada penggunaan berbagai bahan bakar
Gas
g/Kg Batubara
g/Kg Bensin
g/Kg Gas alam
g/Kg sampah kota
g/lt myk tanah
g/lt solar
CO2
CO
NO
SO2
2950
0,05-22
3,5-9
17
3150
0,05-0,2
4-12
18
2750
0,07
3-7
0,01
1000
0,3
0,2-1
0,4-0,9
2000
240
18
9
2300
60
100
40
         Sumber : Bowen 1979; dalam Burhan (1997 : 13)
            Dari tabel di atas jelas dari sektor transportasi yang memiliki sumbangan terbesar dalam pencemaran udara. Perkiraan prosentasi bahan pencemar udara dari sektor transportasi di Indonesia bisa dilihat pada tabel II.2 di bawah ini :
Tabel II.2
Perkiraan prosentasi komponen pencemar udara dari sumber pencemar
Transportasi di Indonesia

Komponen Pencemar
Prosentase
CO
NOx
Sox
HC
Partikel
70,50 %
8,89 %
0,88 %
18,34 %
1,33 %
Total
100 %
         Sumber : Wardhana (2001 : 33)

Gas Buang Kendaraan Bermotor
Transportasi telah menjadi sumber utama dari pencemaran udara khususnya di daerah perkotaan. Terlebih lagi dengan penambahan unit kendaraan bermotor yang melaju di jalan raya dan buruknya sistem angkutan umum yang jelas memperparah pencemaran udara yang terjadi. Bahan pencemar (polutan) yang berasal dari kendaraan bermotor dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori sebagai berikut:
1.      Sumber, Polutan dibedakan menjadi polutan primer atau sekunder. Polutan primer seperti sulfur oksida (SOx), nitrogen oksida (NOx) dan hidrokarbon (HC) langsung dibuangkan ke udara bebas dan mempertahankan bentuknya seperti pada saat pembuangan. Polutan sekunder seperti ozon (O3) dan peroksiasetil nitrat (PAN) adalah polutan yang terbentuk di atmosfer melalui reaksi fotokimia, hidrolisis atau oksidasi.
2.      Komposisi kimia, Polutan dibedakan menjadi organik dan inorganik. Polutan organik mengandung karbon dan hidrogen, juga beberapa elemen seperti oksigen, nitrogen, sulfur atau fosfor; contohnya hidrokarbon, keton, alkohol, ester dan lain- lain. Polutan inorganik seperti karbonmonoksida (CO), karbonat, nitrogen oksida, ozon dan lainnya.
3.      Bahan penyusun, Polutan dibedakan menjadi partikulat atau gas. Partikulat dibagi menjadi padatan dan cairan seperti debu, asap, abu, kabut dan spray; partikulat dapat bertahan di atmosfer. Sedangkan polutan berupa gas tidak bertahan di atmosfer dan bercampur dengan udara bebas.

Pengendalian Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor
Pengendalian pencemaran akibat kendaraan bermotor akan mencakup upaya-upaya pengendalian baik langsung maupun tak langsung, yang dapat menurunkan tingkat emisi dari kendaraan bermotor secara efektif. Solusi untuk mengatasi polusi udara kota terutama ditujukan pada pembenahan sektor transportasi, tanpa mengabaikan sektor-sektor lain. Hal ini kita perlu belajar dari kota-kota besar lain di dunia, yang telah berhasil menurunkan polusi udara kota dan angka kesakitan serta kematian yang diakibatkan karenanya, seperti :
1.      Pemberian izin bagi angkutan umum kecil hendaknya lebih dibatasi, sementara kendaraan angkutan massal, seperti bus dan kereta api, diperbanyak.
2.      Pembatasan usia kendaraan, terutama bagi angkutan umum, perlu dipertimbangkan sebagai salah satu solusi. Sebab, semakin tua kendaraan, terutama yang kurang terawat, semakin besar potensi untuk memberi kontribusi polutan udara.
3.      Potensi terbesar polusi oleh kendaraan bermotor adalah kemacetan lalu lintas dan tanjakan. Karena itu, pengaturan lalu lintas, rambu-rambu, dan tindakan tegas terhadap pelanggaran berkendaraan dapat membantu mengatasi kemacetan lalu lintas dan mengurangi polusi udara.
4.      Pemberian penghambat laju kendaraan di permukiman atau gang-gang yang sering diistilahkan dengan "polisi tidur" justru merupakan biang polusi. Kendaraan bermotor akan memperlambat laju.
5.      Uji emisi harus dilakukan secara berkala pada kendaraan umum maupun pribadi meskipun secara uji petik (spot check). Perlu dipikirkan dan dipertimbangkan adanya kewenangan tambahan bagi polisi lalu lintas untuk melakukan uji emisi di samping memeriksa surat-surat dan kelengkapan kendaraan yang lain.
6.      Penanaman pohon-pohon yang berdaun lebar di pinggir-pinggir jalan, terutama yang lalu lintasnya padat serta di sudut-sudut kota, juga mengurangi polusi udara.
>> read more..

Praktek Kawasan Pemukiman di Tanah Garam Kota Solok Tahun 2010


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Berdasarkan Misi dan strategi Indonesia sehat 2010 meliputi pembangunan nasional berwawasan kesehatan yang dilandasi pandangan baru dan paradigma sehat, profesionafisme, jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat ( JPKM ) dan desentralisasi.
Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai dengan pendidikannya dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi - tingginya diseluruh wilayah Republik Indonesia yang merupakan visi pembangunan kesehatan Indonesia yang dirumuskan dalam Indonesia Sehat 2010.
Dengan adanya visi tersebut maka lingkungan yang diharapkan pada masa mendatang adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat, lingkungan yang bebas polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan permukiman yang sehat
Derajat kesehatan masyarakat pada dasarnya merupakan hasil interaksi antara empat faktor  yaitu, faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor lingkungan.
Peningkatan kesehatan lingkungan salah satunya dilingkungan permukiman. Permukiman adalah bagian luar dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, dapat berupa kawasan perkotaan dan pedesaan, berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Dengan semakin berkembangnya perkotaan atau pedesaan tersebut, maka hal ini dapat mempengaruhi permukiman masyarakat sekitarnya. Baik dalam hal positif maupun negatif. Seperti pada kesehatan lingkungan yang merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan berbagai penyakit, dan apabila lingkungan permukiman tidak memenuhi standar lingkungan yang sehat maka akan dapat menjadi sumber timbulnya penyakit berbasis lingkungan seperti DBD, Malaria, Diare dan lain – lain
Untuk itu perlu adanya penataan permukiman yang memenuhi syarat kesehatan dan terwujudnya suatu kondisi perumahan yang layak huni dalam lingkungan yang sehat, sehingga mampu mengurangi resiko kecelakaan, kebakaran, dan terutama sekali penularan penyakit dan gangguan kesehatan Iainnya. Upaya ini dapat dilaksanakan melalui pembinaan pembangunan dan pemugaran rumah melalui penyuluhan, melakukan pengendalian vektor didaerah rawan demam berdarah dan malaria dengan peran aktif di masyarakat yang dilaksanakan secara terpadu, penyehatan pembuangan kotoran dan limbah rumah tangga, penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pencahayaan dan penghawaan yang memenuhi standar kesehatan.
Penyakit berbasis lingkungan sangat rentan pada anak-anak terutama Balita. Dari wilayah kerja Puskesmas Tanah Garam terlihat bahwa pada Kelurahan Tanah Garam paling banyak terdapat jumlah Balita yaitu 1.057 KK yang mempunyai Balita. Oleh karena itu maka di ambil wilayah kerja Tanah Garam sebagai tempat  praktek pemukiman jurusan kesehatan lingkungan oleh kelompok I.

1.2 Tujuan
1.2.1    Tujuan Umum
Praktek kawasan lingkungan pemukiman bertujuan untuk memberikan pengalaman dan keterampilan mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan serta menyesun perencanaan dan intervensi pada pemukuman masyarakat.
1.2.2        Tujuan Khusus
1.      Mengidentifikasi kondisi lingkungan pemukiman Kelurahan Tanah Garam Kota Solok
2.      Mengidentifikasi penyakit berbasis lingkungan pemukiman kelurahan Tanah Garam Kota Solok
3.      Menganalisis Penyebab masalah lingkungan pemukiman Kelurahan Tanah Garam Kota Solok
4.      Mencari alternatif pemecahan masalah
5.      Menyusun perencananaan kegiatan lingkungan pemukiman Kelurahan Tanah Garam
6.      Melakukan kegiatan intervensi baik secara fisik maupun non fisik Kelurahan Tanah Garam
7.      Mengevaluasi program lingkungan pemukiman Kelurahan Tanah Garam

1.3 Manfaat Praktek
·         Sebagai bahan informasi dan masukan bagi masyarakat di Kelurahan Tanah Garam
·         Sebagai penerapan dan pengembangan ilmu yang telah didapat dibangku perkuliahan dan untuk menambah pengalaman kerja
·         Sebagai bahan masukan bagi instansi yang terkait dalam rangka pelaksanaan pengawasan kesehatan lingkungan permukiman


BAB II
 GAMBARAN UMUM
2.1 Gambaran umum lokasi survei
Kelurahan Tanah Garam  merupakan salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Lubuk Sikarah yang luas wilayahnya Km2 dengan batas wilayah :
·         Sebelah utara dengan Tanjung Bingkung
·         Sebelah selatan dengan Dusun Batu Palano
·         Sebelah barat dengan Kota Padang  
·         Sebelah timur dengan Kelurahan VI Suku 
Wilayah Kelurahan Tanah Garam merupakan salah satu wilayah pertanian, perkebunan, dan peternakan di kota solok  yang berada pada ketinggian 9,30 m diatas permukaan laut. Sebagian jalan menuju kelurahan Tanah Garam sudah beraspal sepanjang 13 Km, 1 Km rusak , berkerikil sepanjang 6 Km, dan jalan tanah yang bisa dilalui roda empat sepanjang 3 Km, 1 Km juga mengalami kerusakan akan tetapi sudah memiliki penerangan seluruhnya. 
Data pada tahun 2009 Kelurahan Tanah Garam terdiri dari 6 RW, 17 RT, 2.685 KK dan 12.806 jiwa. Jenis rumah yang ada di Kelurahan Tanah Garam yaitu Permanent 1.588 unit, Semi Permanent 670 unit dan darurat 139 unit yang setiap tahun akan bertambah sesuai dengan perkembangan pembangunan di Kelurahan Tanah Garam.   Sudah memiliki 6 buah Taman Kanak – Kanak, 6 buah SD , 3 buah SLTP/ MTSN, 2 buah SMA/ SMK, 5 buah Puskesmas Pembantu dan 14 Posyandu, dan 1 buah tempat praktek dokter. Jumlah RT yang ada siskamling 8 buah, 62 hansip, dan 8 buah pos siskamling. Lembaga – lembaga yang ada di Kelurahan terdiri dari organisasi perempuan, PKK, organisasi pemuda, karang taruna, organisasi profesi, majelis taklim, LKMD, kelompok gotong royong, dasawisma, dan P3A.
Survei lingkungan pemukiman dilaksanakan di RW I memiliki 288 KK, pada  RW II memilik 252 KK , RW III memilki 68 KK, RTW I V memiliki 65 KK, RW V memiliki 272 KK, dan RW VI 111 KK.



2.2 Fasilitas sarana dan prasarana lingkungan pemukiman
·         Prasarana Jalan
      Jalan kampung dan gang sudah di aspal tapi ada sebagian jalan yang masih jalan tanah. Jalan gang yang sudah di aspal ada yang rusak begitu juga dengan jalan tanahnya.
·         Jaringan Listrik
Di seluruh RW Kelurahan Tanah Garam sudah memiliki penerangan yang cukup  dan juga sudah memiliki lampu jalan tapi ada beberapa lampu jalan yang rusak/ putus.
·         Jaringan Komunikasi
      Sudah tersedia dilingkungan permukiman.
·         Fasilitas Umum
Lingkungan pemukiman tanah garam sudah memiliki pos siskamling disetiap RW, lapangan terbuka untuk bermain, lapangan bulu tangkis, lapangan voli, lapangan basket, tetapi pada RW VI masih banyaknya warga yang BAB ke sungai atau bandar belum punya MCK sendiri.
·         Fasilitas Perbelanjaan
      Terdapat mini market, grosir dan warung.
·         Fasilitas Peribadatan
      Tersedia 9  masjid, 23 mushalla, dan  TPA/TPSA
·         Fasilitas Pendiddikan
      Terdapat 6 Taman Kanak – kanak, 8 Sekolah Dasar, 3 SLTP, dan 2 SLTA.
·         Fasilitas Kesehatan
      Tersedia 1 puskesmas, 5 Puskesmas Pembantu, 1 poliklinik/ balai pengobatan, 1 tempat praktek dokter, dan 14 posyandu.
·         SPAL/Riol Kota Praja
      Tidak lancar/ mampet.
·         TPS
      Tersedia TPS dan TPA umun.
·         Fasilitas Air Minum/Air Bersih
Sumur gali 335 unit, hidran umum 6 unit, MCK 1 unit, dan PDAM. Sumber air kurang memenuhi syarat, namun tersedia sepanjang waktu, dan mampu mencukupi kebutuhan masyarakat.



BAB III
HASIL SURVEI
3.1 Jenis Survei
Survei ini bersifat deskriptif yaitu melihat gambaran sanitasi lingkungan pemukiman di Kelurahan Tanah Garam

3.2 Lokasi dan Waktu Survei
Survei lingkungan pemukiman dilaksanakan di  RW I, II, III, IV, V dan VI Kelurahan Tanah Garam wilayah kerja Puskesmas Tanah Garam, kota Solok yang dilaksanakan pada tanggal 6 November - 4 Desember 2010.

3.3 Populasi dan Sampel
Populasi adalah seluruh KK (Kepala Keluarga) yang memiliki balita , di RW I, II, III, IV, V dan VI Kelurahan Tanah Garam yang berjumlah  1.057 KK.
Sedangkan sampel adalah KK yang terpilih berdasarkan pengambilan sampel secara Random Sampling yang menempati  RW I, II, III, IV, V dan VI Kelurahan Tanah Garam  yaitu sebanyak 63 KK.

Rumus :          
            ni =     Ni  x n               Ket :
                       N                             Ni = Populasi (KK) masing-masing RW
                                                        n = jumlah sampel
                                                       N = populasi seluruh RW
                                                       Ni = jumlah sampel masing-masing RW
Penghitungan Besar Populasi
·         Jumlah KK balita RW 1 = 288
·         Jumlah KK balita RW 2 = 252
·         Jumlah KK balita RW 3 = 68
·         Jumlah KK balita RW 4 = 65
·         Jumlah KK balita RW 5 = 272
·         Jumlah KK balita RW 6 = 111
·         Jumlah KK yang memiliki balita = 1057  (Besar Populasi)

PENGHITUNGAN BESAR SAMPEL

D
0.1
d2
0.01

zc=0,05
1.96

Zc
1.64
zc2
2.6896

zc=0,01
2.58

P
0.5
Pxq
0.25

zc=0,1
1.64
0.05
G
0.5
pxqxN-n
264.25




N
1057
d2/zc2
0.003718




N-1
1056
d2/zc2*n(N-1)
3.926234




pq(N)
264.25
d2/zc2+pq-n
4.176234




pq*-n
0.25
pxqxN-n/d2/zc2+pq-n
     63.27
besar sampel




PENGHITUNGAN BESAR SAMPEL/RW

·         RW 1 =   (range = 18/ rumah)
·         RW 2 = (range = 17/ rumah)
·         RW 3 =  (range = 17/ rumah)
·         RW 4 =  (range = 16/ rumah)
·         RW 5 =  (range = 17/ rumah)
·         RW 6 =  (range = 18/ rumah)

3.4 Cara Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi terhadap masyarakat Sungai Sapih.
3.4.2 Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder diperoleh dari kantor kelurahan Tanah Garam  dan puskesmas Tanah Garam.
3.5 Pengolahan dan Analisis Data
 3.5.1    Pengolahan Data
 Proses pengolahan data terdiri atas 3 tahap:
·         Editing, dilakukan setelah wawancara dilakukan dengan memeriksa kelengkapan isian kuesioner
·         Koding, yaitu pembuatan kode pada masing-masing variabel yang diamati
·         Entry data dilakukan secara manual dengan menggunakan master tabel yang dibuat  blok berupa lajur/ baris dan kolom

 3.5.2    Analisis data
 Analisis data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan  disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan master tabel.

3.6 Hasil Pengumpulan Data
3.6.1 Kondisi Umum Responden

TABEL 1.1
DISTRIBUSI FREKUENSI TINGKAT PENDIDIKAN
KELURAHAN TANAH GARAM
TAHUN 2009
Variabel
Frekuensi
%
Tidak sekolah
6.755
61,18
Tidak tamat SD
439
3,98
Tamat SD
449
4,07
Tidak tamat SLTP
-
-
Tamat SLTP
450
4,08
Tidak tamat SLTA
-
-
Tamat SLTA
2.050
18,57
Tidak tamat AK/PT
-
-
Tamat  D-1
290
2,63
Tamat D-2
215
1,90
Tamat D-3
227
2,06
Tamat S-1
97
0,88
Tamat S-2
70
0,63
Tamat S-3
-
-
Total
11.042
100
Sumber: Data Profil Kelurahan Tanah Garam Tahun 2009 
Dari tabel 1.1 diperoleh tingkat pendidikan responden paling banyak adalah tidak sekolah (61,18 %), dan yang paling sedikit adalah tamat S-3 (0,63%)

TABEL 1.2
DISTRIBUSI FREKUENSI PEKERJAAN
KELURAHAN TANAH GARAM
TAHUN 2009
Variabel

Frekuensi

%

Buruh/ Swasta
995
9,90
PNS
643
6,40
Pengrajin
30
0,30
Pedagang
1.175
11,69
Penjahit
147
1,46
Tukang batu
2.100
20,89
Tukang kayu
3.025
30,08
Peternak
57
0,57
Montir
207
2,06
Dokter
2
0,02
Sopir
292
2,90
Pengemudi bajaj
222
2,21
TNI/ polri
225
2,24
Pengusaha
35
0,35
Petani
900
8,95
Total
10.055
100
Sumber: Data Profil Kelurahan Tanah Garam Tahun 2009 
Dari tabel 1.2 diperoleh pekerjaan responden paling banyak adalah Tukang kayu (30,08%), dan yang paling sedikit adalah dokter  (0,02%).

TABEL 1.3
DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN KEJADIAN SAKIT DIARE
DI KELURAHAN TANAH GARAM
TAHUN 2010

NO
KEJADIAN SAKIT DIARE
RW %
Jumlah %
1
2
3
4
5
6
1
Sakit diare 1 bulan terakhir
11.1
0
0
0
37.5
66.7
19,0
2
Sakit diare 3 bulan terakhir
0
40.0
0
0
6.3
33.3
14,3
3
Sakit diare 1 tahun terakhir
0
20.0
75.0
0
6.3
0
11.1
Jumlah merupakan rata-rata dari responden yang menjawab “ya”.
Dari tabel 1.3 diperoleh responden  yang paling banyak menderita sakit DIARE adalah satu bulan terakhir yaitu 19,0%.

TABEL 1.4
DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN KEJADIAN SAKIT DBD
>> read more..
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...